Behind the Scene Food Story: Siwalan dan Tebu
Tiga hari ini tim Food Story meliput minuman alami tanpa pengawet dan pemanis buatan yang makin langka tergerus oleh minuman kemasan. Asti dan Yoga, reporter sekaligus staf produksi Food Story (juga Three in One sih), telah sibuk hunting dua orang ini ke penjuru ibukota. Sebelumnya, tim sudah brainstorming ide makanan apa dan orang-orang di balik makanan itu yang layak diangkat sebagai cerita episode kali ini.
Asti dan Yoga kemudian meriset lapangan dan menyusun storyline yang nanti saya koreksi alur dan kreatifnya. Storyline berguna untuk membuat struktur cerita sekaligus mempermudah proses produksi atau syuting nantinya. Benu sebagai host kemudian juga mempelajari storyline ini sebagai bahan presenting.
Untuk liputan kali ini, kami memilih tema terkait es tebu dan buah siwalan plus legennya. Dua minuman ini, es tebu di tangan bang Jul dan istrinya yang berjualan di Kalimalang, Bekasi, dan buah siwalan yang dijual oleh Pak Kurdi di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, diolah secara alami tanpa pengawet dan pemanis buatan. Ironisnya, keduanya justru tersisih oleh banyaknya pilihan muniman termasuk minuman kemasan pabrik yang sering dianggap kaya pengawet buatan.
Namun, di balik skala ekonomi kecil yang dilakoni Bang Jul maupun Pak Kurdi, tersimpan banyak cerita kehidupan. Sebelum menjual es tebu, Bang Jul pernah bekerja di perusahaan yang tutup karena merugi. Sementara Pak Kurdi menjual siwalan secara musiman. Buah ini hanya ada dari bulan Mei sampai Desember. Kalau tidak musim, Pak Kurdi dan kawan-kawannya kembali ke kampung halaman di Pemalang untuk bekerja sebagai buruh tani.