top of page

Heboh Pelacur Papan Atas & Germo

Kalau mau jujur, dari jaman baheula, prostitusi juga sudah ada. Satu dekade silam praktek prostitusi melibatkan kalangan artis dan germonya juga sudah marak. Pertanyaannya, mengapa penanganannya timbul tenggelam? Ada kesan polisi baru giat bergerak memberantas prostitusi 'baru' sejak muncul sorotan masyarakat atas kasus pembunuhan pelacur online Dedeuh di Tebet, Jakarta Selatan. Padahal jikalau hendak dilacak, relatif gampang juga. Semoga tak cuma selesai di kasus ini saja (JS)

Bisnis Wah Germo: Aneka Modus Tawarkan Pelacur Papan Atas

SABTU, 09 MEI 2015 | 17:03 WIB

166273_620.jpg

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Audie Latuheru mengatakan pihaknya menerima informasi praktek prostitusi kelas atas melalui laporan masyarakat. "Atas laporan itu kami berpura-pura memesan, melakukan penyamaran, dan bertemu untuk memberi uang muka," kata Audi di kantornya, Sabtu, 9 Mei 2015. (Baca: Bisnis Wah Germo: Tawarkan Wanita dari Jakarta hingga Boston) Informasi keberadaan wanita panggilan kelas atas ini beredar melalui pesan pendek dan promosi mulut ke mulut di kalangan tertentu. Pada pertemuan kedua, tersangka mucikari ditangkap bersama wanita berinisial AA di hotel bintang lima di Jakarta Selatan, Jumat malam, 8 Mei 2015. Robby tertangkap basah sedang bertransaksi dengan seorang polisi yang menyamar. AA ditangkap di dalam kamar, sedangkan Robby ditangkap di lobi hotel. "Makanya salah satu buktinya berupa pakaian dalam wanita," ujar Audi. Audi mengatakan dalam penangkapan ini kepolisian mengamankan barang bukti berupa bra bermotif renda warna hitam dan juga sebuah telepon seluler BlackBerry berwarna putih. (Baca: Polisi Tangkap AA, Model Dewasa Bertarif Rp 80-200 Juta) Kepala Polres Jakarta Selatan Komisaris Besar Wahyu Adiningrat mengatakan Robby juga melayani tawaran wanita panggilan untuk dibawa ke luar Indonesia. "Kalau ke luar negeri harga Rp 80-200 juta ditambah tiket dan hotel," kata Wahyu. Dari pengakuan tersangka, transaksi pemesanan ini sampai ke Boston, Amerika Serikat; Kuala Lumpur, Malaysia; hingga Bangkok, Thailand. Adapun pemakaian jasa wanita panggilan dalam negeri banyak dilakukan di Bali, Jakarta, dan Surabaya. "Ada 200 orang wanita panggilan yang dia tawarkan," kata Wahyu. Untuk tarif puluhan hingga ratusan juta itu, para pemakai jasa layanan memperoleh durasi waktu tiga jam. Wahyu menjelaskan para pengguna wanita bayaran berasal dari berbagai profesi yang dipastikan memiliki uang untuk membayar sesuai tarif. "Tersangka harus yakin yang pesan wanita itu punya uang. Makanya saat membayar uang muka mereka harus bertemu dan dibayar tunai," ujar dia. Robby menawarkan wanita melalui alat komunikasinya. Ia diketahui tidak menawarkan para wanita melalui Internet atau situs online tertentu. Robby hanya bekerja sendiri dan tidak memiliki pekerjaan utama lainnya. "Kalau profesi khusus tidak ada karena dengan pekerjaan ini saja ia sudah sibuk. Pesanannya sehari sudah banyak," kata Wahyu. Wahyu menjelaskan Robby ditangkap pada pertemuan kedua. "Modusnya tersangka menawarkan seseorang. Ketika kita mau pesan harus beri uang muka sebesar 30 persen dari nilai total. Lalu di pertemuan kedua langsung bayar lunas dan langsung masuk kamar," kata Wahyu. Sesuai pertemuan pertama, lokasi transaksi ditentukan tersangka Robby selaku mucikari. Tersangka diancam dengan hukuman Pasal 296 dan Pasal 506 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Tersangka diancam dengan hukuman 1 tahun 6 bulan. "Penangkapan terkait pidana mucikari," kata Komisaris Wahyu Hadiningrat.

Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page