top of page
Search

Yang Pertama Dilakukan Pada Korban Kecelakaan

  • Tempo.co
  • May 21, 2015
  • 2 min read

Hal yang Bisa Dilakukan Saat Menemukan Korban Kecelakaan

KAMIS, 21 MEI 2015 | 07:03 WIB

331191_620.jpg

TEMPO.CO, Jakarta -Yogyakarta-Dokter Pro Emergency Aji Andhika menjelaskan tahap-tahap awal saat seseorang melihat korban kecelakaan atau melihat seseorang jatuh terkapar akibat serangan jantung. “Yang paling pertama itu tidak boleh panik,” katanya di Hotel Aston Yogyakarta Rabu 20 Mei 2015 malam.

Tahap selanjutnya penolong pertama harus melihat lingkungan sekitar. Apakah korban terjatuh karena tersengat arus listrik atau karena kejatuhan benda lainnya.

Dalam hal lingkungan, penolong pertama harus melakukan perlindungan pada diri sendiri. Penolong harus waspada jangan sampai terkena darah korban, bila korban berdarah. Ini untuk menghindari terjadinya penyakit yang bisa tertular melalui darah, seperti HIV atau Hepapatitis. “Jangan sampai niatnya jadi pahlawan, malah kita nantinya yang terserang penyakit lebih parah,” kata Aji.

Sambil melihat kondisi lingkungan, penolong pertama bisa menginstruksikan seseorang untuk memanggil ambulans, pemadam kebakaran, atau polisi.

Selanjutnya penolong pertama perlu melakukan tahapan respons kepada korban. Tahap pertama peringatan adalah waspada terhadap lingkungan korban. Tahap kedua, melakukan pemanggilan kepada korban untuk mengetahui apakah korban itu akan merespons. “Bila korban merespons, artinya tentu denyut nadinya masih ada,” kata Aji. Lalu bila korban tidak memberikan respons, penolong bisa mendeteksi korban dengan menekan di bagian ujung kuku, ulu hati atau di bagian atas mata.

“Bila korban mengerang atau melakukan respon, artinya denyut nadinya masih ada,” katanya. Jika korban tidak memberikan respons sama sekali, maka penolong perlu mendeteksi denyut nadi korban apakah jantung korban masih berdetak atau tidak.

Apabila denyut nadi korban tidak ada, penolong bisa memberikan pertolongan pertama berupa bantuan pernapasan dengan kompresi dada. Kompresi dada dilakukan sebanyak 30 kali di atas ulu hati dan diselingi pemberian nafas sebanyak dua kali melalui mulut. “Kalau bisa memberikan pernafasan buatan dengan mulut menggunakan plasti yang dibolongi dahulu, takutnya korban menderita TBC,” kata Aji.

Aji mengatakan, pemberian kompresi dada dengan pemberian pernapasan buatan itu dilakukan minimal sebanyak lima kali siklus. Pemberian pertolongan pertama itu bisa berhenti bila ditemukan detak jantung atau tidak. “Kalau sudah diberikan tapi detak jantung tidak juga terlihat, ya korban sudah meninggal artinya,” kata dia. Pemberian bantuan pertama pada kecelakaan juga bisa dihentikan bila tim ahli paramedik sudah datang ke lokasi kejadian.

MITRA TARIGAN

 
 
 
Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

JULIUS SUMANT

Twitter & IG:

@juliussumant

  • LinkedIn Classic
  • Twitter App Icon
  • Google+ Social Icon
  • Facebook App Icon
  • b821d889-4d99-42dc-b711-0f93c63e192a.png
bottom of page