Rupiah Terendah Sejak Krisis Moneter 1998
JS: Keterpurukan rupiah kali ini bisa sama bisa tidak dengan krisis moneter 1998. Kata ekonom, rupiah melemah kali ini karena sentimen eksternal. Dulu rupiah melemah, kemudian pemerintah jatuh. Kalau sekarang mungkin beda sebab, beda dampak. Jokowi rasanya tak sama dengan cerita Suharto.
Begitu rapuhkan fundamen ekonomi nasional? Untuk sebuah ekonomi yang didominasi dan didikte oleh sektor finansial, krisis bakal mudah datang karena tekanan eksternal seperti kasus 1998. Kalau fundamen ekonominya bertumpu pada sektor riil tentu dampaknya lebih ringan ketimbang ekonomi yang bertumpu pada hutang yang jatuh tempo. Apalagi rezimnya liberal, yang sangat bergantung satu sama lain, plus pemerintah yang terlalu loose dalam hal peran negara mengatur pasar. Nama besar Jokowi pun bukan jaminan.
Makin Terpuruk, Rupiah Sentuh Level Terendah sejak 1998
Kamis, 4 Juni 2015 | 13:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menyentuh rekor pelemahan tertinggi sejak 1998. Di pasar spot, data Bloomberg menunjukkan, rupiah pada Kamis (4/6/2015) berada pada kisaran 13.249 per dollar AS, turun 0,14 persen dibandingkan hari sebelumnya yang berada di level 13.230 per dollar AS.
Sementara itu, Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan, rupiah pada Kamis ini berada di level 13.243, melemah 0,35 persen dari hari sebelumnya yang ada di level 12.196 per dollar AS.
Semakin tak berdayanya rupiah di hadapan dollar Amerika Serikat melanjutkan pelemahan yang terjadi pada Rabu kemarin. Hari itu, pasangan USD/IDR di pasar spot naik 0,15 persen menjadi 13.230.
Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, melihat, sentimen eksternal lebih dominan menjadi faktor penekan rupiah. Salah satunya adalah laporan data tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada Rabu (3/6/2015) malam. "Data AS bagus sehingga dollar menguat," ujar Putu.
Maklum, membaiknya data AS ini memicu spekulasi bahwa bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Perkiraan bahwa rupiah akan terkoreksi juga disampaikan Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury Bank Negara Indonesia (BNI). Menurut Trian, kondisi ini sejatinya tidak hanya dialami rupiah. Mata uang utama lainnya di dunia juga terimbas penguatan dollar. (Uji Agung Santosa)