top of page

Akhir Sang Putra Petir


IMG-20150630-WA0040.jpg

(Hercules C-130B A1310 jatuh di Medan, Foto: DJI Phantom Indonesia)

TNI-AU kehilangan lagi salah satu pesawat angkut kelas beratnya: C-130B produksi tahun 1964 yang merupakan varian tanker untuk pengisian di udara. Selasa 30 Juni 2015 sang 'anak Zeus' ini jatuh dua menit setelah lepas landas dari Pangkalan Udara Soewondo menuju Tanjung Pinang. Pilot sempat berencana return to base karena sempat melaporkan ada kerusakan namun keburu jatuh. Ada saksi mata yang melihat ekor terbakar dan menabrak tower pemancar sebelum akhirnya jatuh 5 km dari pangkalan.

PlanespottersNet_399058.jpg

(Hercules TNI AU C-130B beregistrasi A1310 yang jatuh di Medan)

RI pernah diperkuat armada udara kelas berat ini. Catatan gemilangnya sudah terukir sejak pertama kali armada ini mulai memperkuat TNI AU di tahun 1960an. Tercatat sejumlah kecelakaan melibatkan Hercules milik TNI AU.

20 November 1985

Satu-satunya Hercules versi patroli maritim yang dibeli tahun 1980 yakni C-130H-MP dengan tail number A-1322 jatuh setelah menabrak dinding pegunungan Sibayak, Medan , Sumatera Utara. 10 awak tewas.

5 Oktober 1991

Hercules C-130 jatuh di kawasan Condet, Jakarta Timur, dekat Pangkalan Halim Perdanakusuma. Sebanyak 135 orang yang terdiri dari 12 awak dan 121 anggota Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU tewas.

20 Mei 2009

Hercules C-130 A-1325 jatuh di desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

P98 orang dilaporkan meninggal, termasuk dua orang warga setempat.

Sejauh ini kecelakaan terhadap pesawat milik militer tidak diinvestigasi oleh KNKT dan tidak diumumkan ke publik. Namun, kasus jatuhnya KC-130B beregistrasi A1310 di Medan kemarin tak pelak menimbulkan dugaan lama: banyak alutsista AU yang sudah tua dan tidak memenuhi kelayakan. Pesawat ini adalah batch pertama kedatangan armada Hercules yang berhasil dibeli berkat lobi Presiden Soekarno kepada mendiang Presiden Kennedy.

download (1).png

Kennedy dan Soekarno di pabrik Hercules Burbank California tahun 1961

Menyusul kasus pilot CIA Allen Pope, yang membantu pemberontakan Permesta dan pesawatnya berhasil ditembak jatuh di Maluku tahun 1958, Indonesia kebagian rejeki nomplok. Pope dihukum mati oleh pengadilan di Jakarta atas penyerangan terhadap sebuah kapal ALRI, sebuah pasar dan gereja dengan korban meninggal puluhan orang.

Kartu Pope dimainkan dengan sangat baik oleh Presiden Soekarno untuk melobi Kennedy. Pembebasan Pope dibarter dengan alutsista yang sangat menguntungkan RI. Salah satu hasilnya adalah RI diijinkan membeli Hercules sebanyak 8 unit versi angkut dan 2 unit versi angkut plus tanker yang salah satunya jatuh di Medan. Tak pelak, RI menjadi pengguna pertama varian C-130B di luar AU AS. Pengguna lain Hercules di luar AS waktu itu cuma Australia, itupun seri C-130A yang lebih lama.

Bayangkan begitu hebatnya diplomasi itu. Bayangkan pula bahwa perwira TNI AU di jaman itu sudah memiliki visi jauh ke depan untuk memiliki pesawat angkut strategis yang sangat dibutuhkan untuk angkatan bersenjata sebuah negara kepulauan. Mobilisasi pasukan dan logistik secara taktis dan strategis bisa dicapai dengan armada ini.

download (2).png

(Hercules versi tanker TNI AU mengisi bahan bakar Sukhoi)

Total dalam sejarahnya, TNI AU pernah diperkuat 10 pesawat C-130 B, tambahan 3 Pesawat C-130 E Hercules dari AS eks Perang Vietnam tahun 1975 dari Amerika Serikat, 12 unit pada tahun 1980an di antaranya Hercules C-130 H (standar), C-130 H-30 (Stretch), L-100-30 Super Hercules, dan C-130 H/MP (Maritime Patrol). Tahun 1995 ada tambahan 5 pesawat C-130 versi L-100 Super Hercules hibah dari Pelita Air Servis dan Merpati Nusantara. Versi patroli maritim satu-satunya jatuh tahun 1985.

Si Putra Petir punya sejarah panjang dalam seluruh operasi TNI. Dalam tahap awal Operasi Trikora dan Dwikora, inflitrasi udara dijalankan oleh Hercules untuk menerjunkan satuan komando dan para sukarelawan. Sedangkan dalam Operasi Seroja tahun 1975, Hercules menjalankan misi operasi lintas udara TNI yang terbesar sepanjang sejarah. Selain itu, juga misi nonperang.

Respon atas jatuhnya Hercules di Medan mendorong desakan agar RI tak lagi membeli alutsista bekas pakai, termasuk rencana hibah 10 Hercules eks AU Australia yang tengah dalam proses. Ketua Komisi Pertahanan DPR Mahfud Siddiq termasuk yang mendukung hal ini. Yang realistis adalah membeli alutsista baru 100% dan pada saat yang sama juda didukung produksi dalam negeri secara mandiri.

Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page